Rabu, 17 Mei 2017

MAKALAH PEMBANGUNAN EKONOMI KERAKYATAN, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat.Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (popular) yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil dan Menegah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dsb, yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya.
Secara ringkas Konvensi ILO169 tahun 1989 memberi definisi ekonomi kerakyatan adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat local dalam mempertahan kehidupannnya. Ekonomi kerakyatan ini dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat local dalam mengelola lingkungan dan tanah
mereka secara turun temurun. Aktivitas ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi sub sisten antara lain pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnnya kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan. Kesemua kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional dan berbasis masyarakat, artinya hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri. Kegiatan ekonomi dikembangkan untuk membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga tidak mengekploitasi sumber daya alam yang ada. Gagasan ekonomi kerakyatan dikembangkan sebagai upaya alternatif dari para ahli ekonomi Indonesia untuk menjawab kegagalan yang dialami oleh negara negara berkembang termasuk Indonesia dalam menerapkan teori pertumbuhan. Orientasi utama dari ekonomi kerakyatan adalah rakyat banyak, bukan sebagian atau sekelompok kecil orang. Pandangan tersebut lahir, menurut Baswir (2006), jauh sebelum Indonesia merdeka. Bung Hatta melalui artikelnya yang berjudul “Ekonomi Rakyat” yang diterbitkan dalam harian Daulat Rakyat (20 November 1933), mengekspresikan kegundahannya melihat kondisi ekonomi rakyat Indonesia di bawah penindasan pemerintah Hindia Belanda. Dapat dikatakan bahwa “kegundahan” hati Bung Hatta atas kondisi ekonomi rakyat Indonesia yang waktu itu masih berada di bawah penjajahan Belanda, merupakan cikal bakal dari lahirnya, katakanlah demikian, konsep ekonomi kerakyatan, Untuk jelasnya akan di paparkan dalam pembahasan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Ekonomi Kerakyatan ?
2. Bagaimana Ciri-ciri dari Ekonomi Kerakyatan ?
3. Apa saja peran yang dimiliki Ekonomi Kerakyatan ?
4. Apa tujuan dari Ekonomi Kerakyatan ?
5. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan yang ada pada Ekonomi Kerakyatan ?
6. Bagaimana Sejarah Ekonomi Kerakyatan di Indonesia ?
7. Mengapa Ekonomi Kerakyatan perlu dijadikan Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia ?
8. Bagaimana Ekonomi Kerakyatan kedepannya ?
9. Bagaimana Upaya mewujudkan ekonomi kerakyatan ?
10. Apa yang dimaksud dengan UMKM ?
11. Bagaimana cara mengelola UMKM ?
12. Bagaimana Sasaran dan pembinaan UMKM ?
13. Apa saja Kekuatan dan Kelemahan UMKM ?
14. Bagaiman upaya untuk Pengembangan UMKM ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari ekonomi kerakyatan
2. Mengetahui ciri-ciri dari ekonomi kerakyatan
3. Memahami peran yang dimiliki ekonomi kerakyatan
4. Memahami tujuan dari ekonomi kerakyatan
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki ekonomi kerakyatan
6. Mempelajari dan mengetahui sejarah dari system ekonomi kerakyatan di indonesia
7. Mengetahui bahwa ekonomi kerakyatan dapat dijadikan strategi pembangunan ekonomi di Indonesia
8. Memahami,mempelajari manfaat dari ekonomi kerakyatan untuk kedepanya, dan bagaimana sebaiknya ekonomi kerakyataan di masa yang akan datang.
9. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk ekonomi kerakyatan.
10. Untuk mengetahui tentang pengertian UMKM.
11. Untuk mengetahui bagaimana cara mengelola UMKM
12. Untuk mengetahui sasaran dan pembinaan UMKM..
13. Untuk mengetahui tentang kekuatan dan kelemahan UMKM.
14. Untuk mengetahui bagaimana upaya pengembangan UMKM.














BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekonomi Kerakyatan
1) Pengertian Ekonomi Kerakyatan
Ekonomi kerakyatan adalah sistem perekonomian yang di mana pelaksanaan kegiatan, pengawasannya, dan hasil dari kegiatan ekonomi dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Atau definisi ekonomi kerakyatan yang lainnya adalah suatu sistem perekonomian yang dibangun pada kekuatan ekonomi rakyat, ekonomi kerakyatan yaitu kegiatan dari ekonomi yang dapat memberikan kesempatan yang luas untuk masyarakat dalam berpartisipasi sehingga perekonomian dapat terlaksana dan berkembang secara baik.
Aktivitas ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi sub sisten antara lain pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnnya kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan. Kesemua kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional dan berbasis masyarakat, artinya hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri. Kegiatan ekonomi dikembangkan untuk membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga tidak mengekploitasi sumber daya alam yang ada.
2) Ciri Ekonomi Kerakyatan
1) Peranan vital negara (pemerintah).
Sebagaimana ditegaskan oleh Pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945, negara memainkan peranan yang sangat penting dalam sistem ekonomi kerakyatan. Peranan negara tidak hanya terbatas sebagai pengatur jalannya roda perekonomian. Melalui pendirian Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu untuk menyelenggarakan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, negara dapat terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan ekonomi tersebut. Tujuannya adalah untuk menjamin agar kemakmuran masyarakat senantiasa lebih diutamakan daripada kemakmuran orang seorang, dan agar tampuk produksi tidak jatuh ke tangan orang seorang, yang memungkinkan ditindasnya rakyat banyak oleh segelintir orang yang berkuasa.
2) Efisiensi ekonomi berdasar atas keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan.
Tidak benar jika dikatakan bahwa sistem ekonomi kerakyatan cenderung mengabaikan efisiensi dan bersifat anti pasar. Efisiensi dalam sistem ekonomi kerakyatan tidak hanya dipahami dalam perspektif jangka pendek dan berdimensi keuangan, melainkan dipahami secara komprehensif dalam arti memperhatikan baik aspek kualitatif dan kuantitatif, keuangan dan non-keuangan, maupun aspek kelestarian lingkungan. Politik ekonomi kerakyatan memang tidak didasarkan atas pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas, melainkan atas keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan.
3) Mekanisme alokasi melalui perencanaan pemerintah, mekanisme pasar, dan kerjasama (kooperasi).
Mekanisme alokasi dalam sistem ekonomi kerakyatan, kecuali untuk cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, tetap di dasarkan atas mekanisme pasar. Tetapi mekanisme pasar bukan satu-satunya. Selain melalui mekanisme pasar, alokasi juga didorong untuk diselenggaran melalui mekanisme usaha bersama (koperasi). Mekanisme pasar dan koperasi dapat diibaratkan seperti dua sisi dari sekeping mata uang yang sama dalam mekanisme alokasi sistem ekonomi kerakyatan.
4) Pemerataan penguasaan faktor produksi
Sejalan dengan amanat penjelasan pasal 33 UUD 1945, penyelenggaraan pasar dan koperasi dalam sistem ekonomi kerakyatan harus dilakukan dengan terus menerus melakukan penataan kelembagaan, yaitu dengan cara memeratakan penguasaan modal atau faktor-faktor produksi kepada segenap lapisan anggota masyarakat. Proses sistematis untuk mendemokratisasikan penguasaan faktor-faktor produksi atau peningkatan kedaulatan ekonomi rakyat inilah yang menjadi substansi sistem ekonomi kerakyatan.
5) Koperasi sebagai sokoguru perekonomian
Berdasrkan Pasal 33 UUD 1945, keikutsertaan anggota masyarakat dalam memiliki faktor-faktor produksi itulah antara lain yang menyebabkan dinyatakannya koperasi sebagai bangun perusahaan yang sesuai dengan sistem ekonomi kerakyatan. Sebagaimana diketahui, perbedaan koperasi dari perusahaan perseroan terletak pada diterapkannya prinsip keterbukaan bagi semua pihak yang mempunyai kepentingan dalam lapangan usaha yang dijalankan oleh koperasi untuk turut menjadi anggota koperasi.
6) Pola hubungan produksi kemitraan, bukan buruh-majikan
Pada koperasi memang terdapat perbedaan mendasar yang membedakannya dengan bentuk-bentuk perusahaan yang lain. Di antaranya adalah pada dihilangkannya pemilahan buruh-majikan, yaitu diikutsertakannya buruh sebagai pemilik perusahaan atau anggota koperasi. Sebagaimana ditegaskan oleh Bung Hatta, “Pada koperasi tak ada majikan dan tak ada buruh, semuanya pekerja yang bekerjasama untuk menyelenggarakan keperluan bersama”. Karakter utama ekonomi kerakyatan pada dasarnya terletak pada dihilangkannya watak individualistis dan kapitalistis dari wajah perekonomian Indonesia. Secara mikro hal itu antara lain berarti diikutsertakannya pelanggan dan buruh sebagai anggota koperasi atau pemilik perusahaan. Sedangkan secara makro hal itu berarti ditegakkannya kedaulatan ekonomi rakyat dan diletakkannya kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang seorang.
7) Kepemilikan saham oleh pekerja
Dengan diangkatnya kerakyatan sebagai prinsip dasar sistem perekonomian Indonesia, prinsip itu dengan sendirinya tidak hanya memiliki kedudukan penting dalam menentukan corak perekonomian yang harus diselenggarakan oleh negara pada tingkat makro. Ia juga memiliki kedudukan yang sangat penting dalam menentukan corak perusahaan yang harus dikembangkan pada tingkat mikro. Perusahaan hendaknya dikembangkan sebagai bangun usaha yang dimiliki dan dikelola secara kolektif (kooperatif) melalui penerapan pola-pola kepemilikan saham oleh pekerja. Penegakan kedaulatan ekonomi rakyat dan pengutamaan kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang seorang hanya dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip tersebut.
3) Ciri dari sistem ekonomi kerakyatan
Yang menguasai kebutuhan hidup masyarakat adalah negara atau pemerintah negara tersbut. Misalnya seperti: bahan bakar minyak, air dan sumber daya alam yang lainnya.
Peran negara di ekonomi ini sangatlah penting akan tetapi tidak dominan, dan begitu juga perana dari pihak swasta yang posisinya memang penting akan tetapi tidak mendominasi juga. Sehingga tidak mungkin terjadi kondisi sistem ekonomi liberal ataupun sistem ekonomi komando. Kedua pihak tersebut yaitu pemerintah dan juga pihak swasta hidup berdampingan secara damai dan saling men-support satu sama lain.
Di dalam perekonomian ini masyarakat adalah bagian yang sangat penting,  karena kegiatan produksi yang dilakukan, diawasi dan dipimpin oleh anggota masyarakat.
Buruh maupun modal tidak mendominasi perekonomian sebab ekonomi ini didasari atas asas kekeluargaan.
4) Peran Negara dalam Ekonomi
1) Menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan, mengembangkan koperasi (Pasal 33 ayat 1).
2) Menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak mengembangkan BUMN (Pasal 33 ayat 2).
3) Menguasai dan memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33 ayat 3).
4) Mengelola anggaran negara untuk kesejahteraan rakyat memberlakukan pajak progresif dan memberikan subsidi.
5) Menjaga stabilitas moneter.
6) Memastikan setiap warga negara memperoleh haknya untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 27 ayat 2).
7) Memelihara fakir miskin dan anak terlantar (Pasal 34).
5) Tujuan dan Sasaran Sistem Ekonomi Kerakyatan
Tujuan utama penyelenggaraan sistem ekonomi kerakyatan adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian. Bila tujuan utama ekonomi kerakyatan itu dijabarkan lebih lanjut, maka sasaran pokok ekonomi kerakyatan meliputi lima hal berikut:
1) Tersedianya peluang kerja dan penghidupan yang layak bagi seluruh anggota masyarakat.
2) Terselenggaranya sistem jaminan sosial bagi anggota masyarakat yang membutuhkan, terutama fakir miskin dan anak-anak terlantar.
3) Terdistribusikannya kepemilikan modal material secara relatif merata di antara anggota masyarakat.
4) Terselenggaranya pendidikan nasional secara cuma-cuma bagi setiap anggota masyarakat.
5) Terjaminnya kemerdekaan setiap anggota masyarakat untuk mendirikan dan menjadi anggota serikat-serikat ekonomi.
6) Kelebihan dari sistem ekonomi kerakyatan
1) Rakyat yang kurang mampu bisa mendapatkan perlakuan hukum yang sama atau secara adil dalam masalah perekonomian.
2) Dapat memberikan perhatian yang lebih pada rakyat kecil melalui berbagai macam program operasional yang nyata.
3) Sistem ekonomi ini dapat mewujudkan kedaulatan rakyat.
4) Dapat merangsang kegiatan ekonomi yang lebih  produktif di tingkat rakyat sekaligus dapat melahirkan jiwa kewirausahaan.
5) Transaksi antara produksi, distribusi dan konsumsi sangat baik.
6) Hubungan antara produksi, distribusi dan juga konsumsi akan saling membutuhkan dan sangat baik.
7) Kelemahan dari sistem ekonomi kerakyatan
1) Dalam ekonomi ini akan terjadi praktek membagi-bagi uang kepada rakyat, peraktek ini sangat tidak menguntungkan bagi pihak manapun, termasuk rakyat itu sendiri.
2) Aksi membagi-bagi uang  ini secara tidak sadar dapat menyebabkan usaha mikro atau kecil dan menengah serta koperasi yang selama ini tidak berdaya dapat bersaing dalam suatu mekanisme pasar, biasa menjadi sangat bergantung pada aksi tersebut.
3) Masih kurangnya pengetahuan rakyat mengenai Investasi, akibatnya dapat menyebabkan kemiskinan terlalu lama atau perputaran roda yang lambat.
4) Kurangnya penerapan dari manajemen.
5) Tidak adanya dukungan yang optimal dari pemerintah, meskipun peran pemerintah sangat penting tapi tidak dominan.
6) Harus di awasi, jika tidak diawasi dengan baik akan banyak koruptor.

B. Usaha Mikro
1. Pengertian Usaha Mikro
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur  dalam Undang-Undang ini. Usaha Mikro memiliki kriteria asset maksimal sebesar 50 juta dan omzet sebesar 300 juta.
2. Ciri-ciri usaha mikro, antara lain:
1) Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;
2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;
3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;
4) Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai;
5) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
6) Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;
7) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.
3. Contoh usaha mikro, antara lain:
1) Usaha rumah tangga;
2) Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya;
3) Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat;
4) Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar;
5) Peternakan ayam, itik dan perikanan; dan
6) Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi).
Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri.
4. Profil usaha mikro yang selama ini berhubungan dengan Lembaga Keuangan, adalah:
1) Tenaga kerja, mempekerjakan 1-5 orang termasuk anggota keluarganya.
2) Aktiva Tetap, relatif kecil, karena labor-intensive.
3) Lokasi, di sekitar rumah, biasanya di luar pusat bisnis.
4) Pemasaran, tergantung pasar lokal dan jarang terlibat kegiatan ekspor-impor.
5) Manajemen, ditangani sendiri dengan teknik sederhana.
6) Aspek hukum: beroperasi di luar ketentuan yang diatur hukum: perijinan, pajak, perburuhan, dll.

C. Usaha Kecil
1. Pengertian Usaha Kecil
Usaha kecil merupakan usaha yang integral dalam dunia usaha nasional yang memiliki kedudukan, potensi, dan peranan yang signifikan dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya. Selain itu, usaha kecil juga merupakan kegiatan usaha dalam memperluas lapangan pekerjaan dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas, agar dapat mempercepat proses pemerataan dan pendapatan ekonomi masyarakat.
Adapun kriteria usaha kecil Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, antara lain:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (ket.: nilai nominal dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur oleh Peraturan Presiden)
2. Perbedaan usaha kecil dengan usaha lainnya, seperti usaha menengah dan usaha kecil, dapat dilihat dari:
1) Usaha kecil tidak memiliki sistem pembukuan, yang menyebabkan pengusaha kecil tidak memiliki akses yang cukup menunjang terhadap jasa perbankan.
2) Pengusaha kecil memiliki kesulitan dalam meningkatkan usahanya, karena teknologi yang digunakan masih bersifat semi modern, bahkan masih dikerjakan secara tradisional.
3) Terbatasnya kemampuan pengusaha kecil dalam mengembangkan usahanya, seperti: untuk tujuan ekspor barangbarang hasil produksinya.
4) Bahan-bahan baku yang diperoleh untuk kegiatan usahanya, masih relatif sulit dicari oleh pengusaha kecil. Secara umum bentuk usaha kecil adalah usaha kecil yang bersifat perorangan, persekutuan atau yang berbadan hukum dalam bentuk koperasi yang didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota, ketika menghadapi kendala usaha. Dari bentuk usaha kecil tersebut, maka penggolongan usaha kecil di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Usaha Perorangan. Merupakan usaha dengan kepemilikan tunggal dari jenis usaha yang dikerjakan, yang bertanggungjawab kepada pihak ketiga/pihak lain. maju mundurnya usahanya tergantung dari kemampuan pengusaha tersebut dalam melayani konsumennya. harta kekayaan milik pribadi dapat dijadikan modal dalam kegiatan usahanya.
b. Usaha Persekutuan. Penggolongan usaha kecil yang berbentuk persekutuan merupakan kerja sama dari pihak-pihak yang bertanggung jawab secara pribadi terhadap kerja perusahaan dalam menjalankan bisnis.
3. penggolongan usaha kecil, yaitu:
1) Industri kecil, seperti: industri kerajinan tangan, industri rumahan, industri logam, dan lain sebagainya.
2) Perusahaan berskala kecil, seperti: toserba, mini market, koperasi, dan sebagainya.
3) Usaha informal, seperti: pedagang kaki lima yang menjual barang-barang kebutuhan pokok.
4. Contoh Usaha Kecil, antara lain:
1) Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;
2) Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
3) Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan; dan
4) Peternakan ayam, itik dan perikanan.
5. Kelemahan Usaha Kecil
1) Keterbatasan Modal
Menyeimbangkan "uang masuk" dan "uang keluar" adalah sebuah perjuangan, terutama ketika mencoba melakukan perluasan usaha. Bukannya mendapatkan pelayanan istimewa dari pemilik modal ketika mengajukan pinjaman, pelaku usaha kecil malah lebih sering merasa diperlakukan seperti warganegara kelas dua. Perusahaan kecil tidak dapat menggunakan sistem kredit sebagai cara menjual semudah yang dilakukan perusahaan besar. Selain itu, kebanyakan usaha kecil memiliki masalah untuk tetap bertahan selama periode menunggu produk mereka dapat diterima pasar.
2) Permasalahan Kepegawaian
Usaha kecil tidak mampu membayar gaji yang besar, serta menyediakan kesempatan dan status yang biasanya terdapat pada perusahaan besar. Pemilik usaha kecil harus berkonsentrasi pada permasalahan sehari-hari dalam menjalankan bisnis dan biasanya memiliki sedikit waktu untuk memikirkan tujuan atau rencana jangka panjang.
3) Biaya langsung yang tinggi
Usaha kecil tidak dapat membeli bahan baku, mesin, atau persediaan semurah perusahaan besar, atau mendapatkan diskon untuk volume pembelian yang lebih besar seperti produsen besar. Jadi biaya produksi per unit biasanya lebih tinggi untuk usaha kecil, tetapi pada umumnya biaya operasional (overhead) biasanya lebih rendah.
4) Keterbatasan varian usaha
Sebuah perusahaan besar yang memiliki banyak sektor usaha dapat saja mengalami hambatan di salah satu usahanya, tapi mereka tetap kuat. Hal ini tidak berlaku bagi usaha kecil yang hanya memiliki sedikit produk. Usaha kecil sangat rentan jika produk baru mereka tidak laku, atau jika salah satu pasarnya terkena resesi, atau jika produk lamanya tiba-tiba menjadi ketinggalan zaman.
5) Rendahnya kredibilitas
Masyarakat menerima produk perusahaan besar karena namanya dikenal dan biasanya dipercaya. Usaha Kecil harus berjuang untuk membuktikan setiap kali menawarkan sebuah produk baru atau memasuki pasar baru. Reputasi dan keberhasilannya di masa lalu di pasar jarang diperhitungkan.
6. Kekuatan Usaha Kecil
1) Motivasi lebih tinggi
Manajemen kunci dalam usaha kecil biasanya terdiri atas pemilik. Konsekuensinya bekerja keras, Iebih lama, dan memiliki lebih banyak keterlibatan personal. Laba dan rugi memiliki lebih banyak arti bagi mereka daripada gaji dan bonus yang diperoleh para pegawai perusahaan besar.
2) Fleksibilitas lebih tinggi
Sebuah usaha kecil memiliki fleksibiltas sebagai keunggulan kompetitif utama. Sebuah perusahaan besar tidak dapat menutup sebuah pabrik tanpa perlawanan dari organisasi buruh, atau menaikkan harga tanpa intervensi dari pemerintah, namun usaha kecil dapat bereaksi rebih cepat terhadap perubahan persaingan. Sebuah usaha kecil juga memiliki jalur komunikasi yang lebih pendek. Lingkup produknya sempit, pasarnya terbatas, serta pabrik dan gudangnya dekat. Ia dapat dengan cepat mencium masalah dan memperbaikinya.
3) Kurangnya birokrasi
Para eksekutif perusahaan besar seringkali kesulitan memahami gambaran besar suatu persoalan. Hal ini menyebabkan terjadinya inefisiensi. Dalam usaha kecil, seluruh permasalahan dapat mudah dimengerti, keputusan dapat cepat dibuat dan hasilnya dapat segera diperiksa dengan mudah.
4) Tidak menyolok
Karena tidak terlalu diperhatikan, perusahaan baru dapat mencoba taktik penjualan yang baru atau memperkenalkan produk tanpa menarik perhatian atau perlawanan yang berlebihan. Perusahaan besar senantiasa berhadapan dengan perang proksi, aksi antitrust, dan peraturan pemerintah. Mereka juga kurang fleksibel dan sulit melakukan perubahan dan restrukturisasi.

D. Usaha Menengah
1. Pengertian Usaha Menengah
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah memiliki kriteria asset sebesar 500 juta sampai dengan 10 miliar dan omzet sebesar 2,5 miliar sampai dengan 50 miliar.
2. Ciri-ciri usaha menengah, antara lain:
1) Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;
2) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
3) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
4) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;
5) Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
6) Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.
3. Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu:
1) Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;
2) Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;
3) Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi taxi dan bus antar propinsi;
4) Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;
5) Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.

E. Sasaran dan Pembinaan UMKM
1. Meningkatnya jumlah pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang semakin tangguh dan mandiri sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional.
2. Meningkatnya daya saing pengusaha nasional di pasar dunia.
3. Seimbangnya persebaran investasi antar sektor dan antara golongan.

F. Dalam Mengevaluasi Pembinaan UMKM
1. Dimulai dengan proses peningkatan kemampuan mengelola (manajemen) dibidang pemasaran, keuangan dan personalia.
2. Meningkatkan kemampuan kegiatan operasional.
3. Kemampuan dalam mengendalikan bisnis.

G. Kekuatan dan Kelemahan UMKM
1. Kekuatan:
1) Kebebasan untuk bertindak.
2) Menyesuaikan kepada kebutuhan setempat.
3) Peran serta dalam melakukan usaha/tindakan.
2. Kelemahan
1) Modal dalam pengembangan terbatas.
2) Sulit untuk mendapatkan karyawan.
3) Relatif lemah dalam spesialisasi.

H. Upaya Untuk Pengembangan UMKM
Pengembangan UMKM pada hakikatnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, maka ke depan perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut:
1. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif
Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan mengusahakan ketentraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perizinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.
2. Bantuan Permodalan Pemerintah
Bantuan permodalan pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UMKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu melalui sector jasa financial formal, sector jasa financial informal, skema penjaminan, leasing dana modal ventura. Pembiayaan untuk UMKM sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada, maupun non bank. Lembaga Keuangan Mikro Bank antara lain, BRI unit desa dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sampai saat ini BRI memiliki sekitar 4.000 unit tersebar di seluruh Indonesia. Dari kedua LKM ini sudah tercatat sebanyak 8.500 unit melayani UMKM. Untuk itu perlu mendorong pengembangan LKM, yang harus dilakukan sekarang ini adalah bagaimana mendorong pengembangan LKM ini berjalan dengan baik, karena selama ini LKM non kpperasi memiliki kesulitan dalam legitimasi operasionalnya.
3. Perlindungan Usaha Jenis-jenis Usaha Tertentu
Perlindungan usaha jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan (win-win solution).
4. Pengembangan Kemitraan
Pengembangan kemitraan perlu dikembangkan, kemitraan yang saling membantu antara UMKM, atau antara UMKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha. Di samping itu juga untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian UMKM akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.
5. Pelatihan Pemerintah
Pelatihan pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UMKM baik dalam aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya dalam pengembangan usaha. Di samping itu juga perlu diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.
6. Membentuk Lembaga Khusus
Membentuk lembaga khusus perlu dibangun suatu lembaga yang khusus bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya penumbuh kembangan UMKM dan juga berfungsi untuk mencari solusi dalam rangka mengatasi permasalahan baik internal maupun eksternal yang dihadapi oleh UMKM.
7. Memantapkan Asosiasi
Asosiasi yang telah ada perlu diperkuat, untuk meningkatkan perannya antara lain dalam pengembangan jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan usaha bagi anggotanya.
8. Mengembangkan Promosi
Mengembangkan promosi guna lebih mempercepat proses kemitraan antara UMKM dengan usaha besar diperlukan media khusus dalam upaya mempromosikan produk-produk yang dihasilkan. Disamping itu perlu juga diadakan talk show antara asosiasi dengan mitar usahanya. Mengembangkan kerja sama yang setara perlu adanya kerja sama tau koordinasi yang serasi antara pemerintah dengan UMKM untuk mengiventarisir berbagai isu-isu mutakhir yang terkait dengan perkembangan usaha.













BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekonomi kerakyatan yaitu kegiatan dari ekonomi yang dapat memberikan kesempatan yang luas untuk masyarakat dalam berpartisipasi sehingga perekonomian dapat terlaksana dan berkembang secara baik. Ekonomi kerakyatan ini dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat lokal dalam mengelola lingkungan dan tanah mereka secara turun-temurun. Aktivitas ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi subsistem antara lain pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnya kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan. Kesemua kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional dan berbasis masyarakat, artinya hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri. Kegiatan ekonomi dikembangkan untuk membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga tidak mengeploitasi sumber daya alam yang ada.
Di Indonesia, Usaha Mikro Kecil dan Menengah sering disingkat (UMKM), UMKM saat ini dianggap sebagai cara yang efektif dalam pengentasan kemiskinan. UMKM merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Selain menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya terhadap pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat membantu upaya mengurangi pengangguran.

B. Saran
Diharapkan bagi para pembaca, terutama mahasiswa untuk bisa mengerti lebih dalam lagi mengenai Ekonomi Kerakyatan Usaha Mikro, kecil dan Menengah karena dengan adanya pemahaman yang lebih akan mendorong kita untuk mengembangkan dan memajukan UMKM di Indonesia dengan kemajuan UMKM di Indonesia dapat mengengurangi kemiskinan serta majunya perekonomian di Indonesia.










DAFTAR PUSTAKA

 Sri Lestari Rahayu, 2005, Analisis Peranan Perusahaan Modal Ventura Dalam Mengembangkan UKM Di Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan,Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan dan Kerjasama Internasional.
 Sri Mulyati Tri Subari,  2004.   Kebijakan dan Strategi Pengembangan Bank Indonesia dalam Mendukung Pelayanan Keuangan yang Berkelanjutan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.  Deputi Direktur Direktorat Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat.
Sri Winarni, 2006.  Strategi Pengembangan Usaha Kecil Melalui Peningkatan Aksesibilitas  Kredit Perbankan. Infokop Nomor 29 Tahun XXII, 2006.
http://cdsindonesia.wordpress.com/2013/01/15/upaya-mewujudkan-ekonomi-kerakyatan-berbasis-potensi-lokal-kabupaten-tasikmalaya/









Selasa, 16 Mei 2017

EMOSI DALAM PERILAKU ORGANISASI

                            

1.EMOSI

  Dalam teori manajemen, pekerja mengejar tujuan organisasi dengan cara logis dan rasional. Sementara itu, perilaku emosional jarang di nyatakan dalam persamaan. Dalam kehidupan organisasi sehari – hari menunjukkan kepada kita bagaimana emosi pada umumnya dan emosi yang sangat kuat terjadi. Kemarahan dan kecemburuan merupakan potensi emosi, sering menyingkirkan logika dan rasionalitas di tempat kerja. Manajer menggunakan ketakutan dan emosi lainnya baik untuk memotivasi maupun mengintimidasi.

A. Pengertian Emosi

Membahas tentang emosi biasanya  tidak dilakukan sebagai termiologi yang berdiri sendiri. Terdapat tiga termiologi yang saling terkait yaitu antara affect, emotions, dan moods. Affect merupakan termiologi generik yang mencakup tentang perasaan yang luas yang dialami orang. Sedangkan  emotions adalah perasaan yang kuat diarahkan pada seseorang atau sesuatu.  Sementara itu, moods merupakan perasaan yang cenderung kurang kuat daripada emosi dan dengan kekurangan dorongan kontekstual. Moods dapat diberi makna kurang lebih sebagai suasana hati atau suasana batin.
Terdapat beberapampengertian tentang perbedaan antara emosi dengan moods yang diberikan oleh beberapa pakar. Menurut Robbins (2003: 106), emosi adalah reaksi pada suatu objek, bukan sifat. Sebaliknya, moods tidak diarahkan pada suatu objek. Emosi dapat berubah menjadi moodsketika kita kehilangan fokus pada objek kontekstual.

Pengertian lain yang diberikan terhadap emosi adalah sebagai reaksi yang jelas menyatakan perasaan tentang kejadian. Sedangkan dengan moods diartikan sebagai perasaan tidak fokus, relatif lemah yang terjadi sebagai latar belakang pada pengalaman kita sehari hari (Greenberg dan Baron,2003: 115).       


Sedangkan McShane dan Von Glinow (2010: 98) memberikan pengertian emosi sebagai peristiwa pengalaman fisiologis, perilaku, dan psikologis terhadap suatu objek, orang atau kejadian yang menciptakan keadaan kesiapan. Adapun Kreitner dan Kinicki (2010:142) memberikan pengertian emosi sebagai reaksi yang kompleks, terpola, organismik pada
bagaimana kita berpikir dan melakukan usaha dalam jangka panjang untuk
bertahan dan tumbuh subur serta mencapai apa yang kita harapkan untuk diri kita.
Atas dasar berbagai pandangan para pakar, dapat dirumuskan pengertian emosi sebagai reaksi yang menyatakan perasaan yang kompleks terhadap orang, objek atau kejadian.

Hubungan antara AjTect, Emotions,dan Moods digambarkan oleh Robbins dan Judge (2011: 135) seperti pada bagan di bawah ini

 



Gambar 7.1 Affect, Emotions, dan Moods
Sumber: Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, Organizational Behavior, 2011.

Gambar tersebut menjelaskan bahwa, pertama, Affect adalah terminologi luas yang mencakup emotions dan moods. Kedua, terdapat perbedaan antara emotions dan moods. Beberapa perbedaan tersebut adalah bahwa emosi lebih mungkin disebabkan oleh kejadian spesifik, dan emosi berlalu Iebih cepat daripada moods. Perbedaan lain adalah lebih lemah. Sebagai contoh, tidak seperti moods, emosi seperti marah dan muak cenderung lebih jelas ditampakkan oleh ekspresi wajah. Emosi juga lebih berorientasi pada tindakan, mengarah pada tindakan segera. Sedangkan moods mungkin lebih kognitif, artinya menyebabkan kita berpikir sebentar. Ketiga, emosi dan moods berhubungan sangat dekat dan dapat saling memengaruhi. Mendapatkan pekerjaan yang menjadi impian dapat membangkitkan emosi senang, yang dapat membuat moods yang baik untuk beberapa hari. Sama halnya, apabila kita dalam moods baik atau buruk, dapat membuat kita mengalami emosi positif atau negatif lebih kuat daripada sebaliknya. Dalam moods yang buruk, kita mungkin menjadi sangat marah sebagai tanggapan pada komentar rekan kerja tentang sesuatuyang biasanyahanya membangkitkan reaksi ringan.

Affect, emotions dan moods dapat dipisahkan menurut teori, tetapi dalam praktik perbedaan tersebut tidak selalu jelas. Sehingga kctika membahas topik perilaku organisasi tentang emotions dan moods, terkadang kita mendapat banyak informasi tentang emosi dan pada kesempatan lain lebih
banyak tentang moods.
Emosi dapat mempunyai dua bentuk, yaitu Felt emotions dan Displayed emotions. Felt emotions adalah emosi aktual individual. Sedangkan Displayed emotions adalah emosi yang secara organisasional diperlukan dan dipertimbangkan sesuai dalam pekerjaan tertentu. Sebagai contoh adalah seorang manajer yang efektif belajar menjadi serious ketika memberi evaluasi negatif pada pekerja dan menutupi kemarahan ketika memberikan mereka
promosi. Demikian pula orang penjualan yang tidak belajar tersenyum dan tampil bersahabat, tanpa memandang perasaan sebenarnya pada saat itu, pada umumnya tidak akan lama dalam pekerjaan penjualan (Robbins,2003: 106).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa felt emotions adalah merupakan emosi nyata yang dirasakan seseorang seperti rasa senang, sedih, takut, benci terhadap seseorang atau keadaan. Felt emotions seseorang mungkin tidak diketahui oleh orang lainnya. Sedangkan displayed emotions merupakan emosi yang tampak atau di tunjukkan di permukaan. Misalnya seseorang yang memerlukan bantuan dapat menunjukkan emosi sedemikian rupa agar dikasihani oleh orang lain. Demikian pula apabila sedang menyatakan tidak suka pada orang lain dapat terlihat pada kerut wajalmya.

B. Sifat Dasar Emosi
Di samping perbedaannya, emosi mempunyai empat sifat dasar yang
sama (Greenberg dan Baron, 2003: 115),
1. Emosi selalu mempunyai suatu objek. Sesuatu atau seseorang memicu emosi. Misalnya,atasan kita membuat kita marah ketika dia salah menuduh bahwa kita telah melakukan kesalahan. Dalam hal ini,seseorang menyebabkan reaksi emosional kita.
2. Terdapat enam kategori emosi. Orang tidak mempunyai emosi berbeda dalam jumlah tidak terbatas. Penelitian mengelompokkan dalam enam kategori: anger (kemarahan), fear (ketakutan), joy (kesenangan). Love (cinta), sadness(kesedihan), dan surprise(terkejut).
3. Ekspresi emosi utama adalah universal. Orang di seluruh dunia umumnya melukiskan emosi yang sama dengan menggunakan ekspresi wajah yang sama. Kenyataannya, bahkan orang yang tinggal di daerah terpencil cenderung menunjukkan emosi yang sama dengan cara yang sama. Sebagai hasilnya, maka kita dapat mengenal tingkat emosi oranglain apabila kita memberi perhatian pada ekspresi wajah mereka.
4. Budaya mempertimbangkan bagaimana dan kapan orang menyatakan emosi. Meskipun orang diseluruh dunia menyatakan emosinya dengan cara yang sama, standar informal menentukan tingkatan dimana diterima untuk melakukan demikian. Harapan ini dinamakan display rules, norma budaya tentang cara yang sesuai untuk menyatakan emosinya. Sebagai contoh, norma budaya Italia menerima untuk memperlihatkan emosi di depan publik, sedangkan norma budaya di Inggris tidak menyukai cara tersebut, mendorong orang berbicara lebih pelan dalam penampilan emosinya.

Demikian pada budaya suku bangsa kita yang sangat beragam, ada yang dapat menyatakan pendapatnya secara langsung dan terus terang. Namun, terdapat pula budaya yang menghindari menyatakan pendapat secara langsung karena takut menyakiti orang lain,sehingga menyatakan secara tidak langsung, berputar-putar dan menggunakan kiasan.


C. Sifat Dasar Suasana Batin
Cara mengklasifikasi emosi adalah menyatakan sebagai positif atau negatif. Emosi positif, seperti kesenangan dan bersyukur, menyatakan evaluasi atau pcrasaan mcnyenangkan, Emosi negatif, seperti kcmarahan atau merasa bersalah, menyatakan sebaliknya.Ketika kita mcngelompokkan emosi ke dalam kategori positif atau negatif, maka menjadi tahapan moods karena kita sekarang melihatnya lebih umum, bukannya mengisolasi satu emosi tertentu.


           High Negative Tense Alert High positie
Affect   Nervouse Excited Affect

     Stressed       Elated


       Uped Cappy

     Sad Conted


  Depressed   Serene

   Bored   Relaxed
Low positife Fatigued   Calm Low Negative
  Affect         Affect

Gambar 7.2 Struktur Moods
Sumber: Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, Organizational Behavior, 2011.


Robbins dan Judge (2011: 137), menunjukkan bahwa Excited atau bergairah adalah tanda murni dari high positif affect,sedang Boredom atau kebosanana dalah tanda mumi dari low positif affect.Nervous atau gelisah. Gugup adalah tanda mumi dari high negative affect dan Relaxed atau santai adalah tanda murni dari low negative affect.Akhimya, beberapa emosi,
seperti Contentment atau kesenangan(campuran high positive affect dan low negative affect) dan Sadnes satau kesedihan(campuran  positive affect dan high negative affect) adalah di antaranya.Perlu dicatat bahwa model ini tidak memasukkan semua emosi. Beberapa emosi,seperti di antaranya Surpise atau terkejut tidak begitu cocok karena tidak jelas sifatnya positif atau negatif
D. Sumber Emosi dan Moods

Emosi dan moods timbul dan berasal dari beberapa kemunkinan sumber ( Robbins dan judge, 2011 : 138).
1. Persoanality
Kebanyakan orang mempunyai kecenderungan mengalami moods dan emosi tertentu lebih sering daripada orang lain. Orang juga mengalami emosi dengan perbedaan intesitas. Ada orang yang mudah marah dan sebaliknya ada pula yang emosional.
2. Day of the Week and Time of the Day
Orang cenderung berada dalam moods paling buruk (highest negative Affect and lowes ptositiva effect) di awal minggu, dan dalam moods terbaik (highest positive affect and lowest negativa effect) di akhir minggu.Dilihat dari segi waktu harian, kita cenderung mempunyai pola yang sama. Tingkat affect positif cenderung mencapai puncak sekitar setengah jalan antara bangun dan tidur. Tetapi affect negatif menunjukkan sedikit fluktuasi sepanjang hari. Bagi perilaku organisasi,hal tersebut mengandung makna bahwa Senin pagi mungkin bukan waktu-yang tepat untuk minta kebaikan dari seseorang atau menyampaikan berita buruk. Interaksi di tempat kérja mungkin akan lebih positif dari tengah pagi hari seterusnya dan juga belakangan dalam minggu. 
3. Weather
Banyak orang yakin bahwa moods mereka terikat pada cuaca. Cuaca panas atau dingin dapat memengaruhi moods seseorang. Tetapi penelitian menemukan bahwa cuacah anya mempunyai pengaruh kecil pada moods.
4. Stress 
Kejadian sehari-hari di pekerjaan yang menegangkan secara negatif memengaruhi moods. Pengaruh stres jugadi bangun sepanjang waktu.Menaikkan tingkat stres dapat memperburuk moods dan kita mengalami emosi lebih negatif.
5. Social Activities
Bagi kebanyakan orang,aktivitas sosial meningkatkan moods positif dan mempunyai pengaruh kecil pada moods negatif.Tetapi orang dalam moods positip mencari-cari intraksi sosial,dan interaksi sosial menyebabkan orang dalam moods baik. Aktivitas sosial yang bersifat fisik, informal atau penggemar makanan lebih kuat dikaitkan dengan peningkatan mmods positif daripada kejadian yang bersifat formal atau duduk terus menerus.
6. Sleep
Kualitas tidur memengaruhi moods. Mahasiswa dan pekerja dewasa yang kekurangan tidur melaporkan kebiasaan kelelahan, kemarahan dan permusuhan lebih besar.salah satu alasan adalah bawah tidur buruk atau kurang menganggu penggambilan keputusan dan membuat sulit untuk mengontrol emosi. Tidur yang buruk juga menganggu kepuasan kerja karena orang merasa kelelahan, lekas marah dan kurang waspada
7. Exercise 
Latihan memperbaikki moods. latihan meninggkatkan moods positif orang. Sementara tidak terlalu kuat secara keseluruhan, pengaruh terkuat adalah pada mereka mengalami depresi. Karenanya. Latihan dapat membantu kita dalam  moods yang lebih baik,tetapi jangan mengharapkan keajaiban.
8. Age
Orang muda tidak mengalami emosi positif lebih ekstrem. Penelintian pada orang berumur antara 18-94 tahun menunjjukan bawah emosi negatif kelihatannya berkurang terjadi apabila orang semakin tua. Periode moods positif yang tinggi berhakir lebih lama untuk individual lebih tua,dan moods yang buruk menghilang lebih cepat. Penelitihan yang ada menunjukkan bahwa pengalaman emosional membaik dengan umur.semakin tua kita kita mengalami sedikit emosi negatif. 
9. Gender 
Banyak orang yakin bahwa wanita lebih emosional daripada pria. Kenyataan menunjukkan bawah wanita secara emosional lebih ekspresif daripada pria. Mererka mengalami emosi yang lebih kua, dan cenderung berpegagan pada emosilebih lama daripada pria,dan mereka menunjukkan lebih sering menunjukkan ekspresi baik emosi positif maupun negatif, kecuali kemarahan karenanya terdapat perbedaan gender dalam pengalaman dan ekspresi emosi. 
E. Dimensi Ekonomi

Robbins(2003: 106) menunjukkan adanya tiga dimensi emosi,yaitu:
1. Varienty 
Terdapat banyak sekali variasi emosi, namun yang penting adalah penentuan klasifikasi yang bersifat positif dan negatif. Emosi positif,seperti kebahagiaan dan harapan,menunjukkan evaluasi dan perasaan menyenangkan. Emosi negatif,sepeti marah atau benci,menyatakan sebaliknya. Perlu diingat bawah emosi tidak dapat bersifat netral, netral adalah non emosional. Namun, kebanyakan orang lebih banyak menunjukkan emosi negatif daripada emosi positif. Di samping itu, dari banyaknya variasi emosi, dilakukan identifikasi enam emosi yang bersifat juniversal, yaitu: anger(kemarahan),  fear (takut), sadness(kesedihan), happines (kebahagiaan), disgust (muak), dam suprise(terkejut).
2. Intensity 
Orang yang memberihkan tanggapan yang berbeda pada dorongan emosi yang sama. Dalam beberapa hal menunjukkan kepribadian individual. Di waktu lain merupakan hasil dari kebutuhan pekerjaan. Orang beragam dalam kemampuannya menyatakan intensitasnya. Pekerjaan membuat permintaan intensitas berbeda dalam bentuk emotional labor.
3. Frequency and Duration
Menunjukkan seberapa sering emosi perlu ditunjukkan dan untuk berapa lama. Emotional labor yang memerlukan frekuensi tinggi atau durasi panjang adalah lebih menutut dan memerlukan lebih banyak pengarahan oleh pekerja. Maka apabila pekerja dapat berhasil mencapai emotional demand daei pekerja tertentut tergantung tidak hanya pada emosi apa perlu ditunjjukan dan intensitasnnya, tetapi juga pada bagaimana sering dan untuk berapa lama usaha harus dilakukan.

F. Tipe Emosi
Orang mengalami banyak emosi dan berbagai kombinasi emosi, tetapi semuanya mempunyai dua tampilan umum. Pertama , emosi membangkitkan evaluasi global(dinamakan core effect) bahwa sesuatu adalah baik atau buruk, bermanfaat atau berbahaya ,didekati atau dihindari. Kedua, semua emosi menghasilkan beberapa tingkat penggiatan. Tetapi mereka sangat berubah-ubah dalam penggiatan tersebut, yaitu seberapa banyak mereka meminta perhatian kita dan memotivasi kita untuk bertindak. Dua dimensi ini menjadi dasar the circumplex model emosi dibawah ini:
 

Gambar 7.3 Model Circumplex Emosi
Sumber:steven l .macshane dan mary annvonglinow,organizational behavior,2010.

G. Emotional Labor

Berhubungan dengan affect semakin meningkat perilaku organisasi adalah emonitional Labor. Setiap pekerja mengeluarlkan fisik dan Imental labor ketika mereka menempatkan badannya dan kapabilitas kognitifnya kedalam pekerjaan. Tetapi kebanyakan pekerjaan juga memerlukan emotional Lobar. Emotional lobar adalah suatu situasi di mana pekerja menyatakan secara organisasional emosi yang diharapkan selama transaksi interpersonal di pekerjaan (Robbins dan Judge, 2011:143).
Konsep emonitional Lobar awalnnya di kembangkan dalam hubungan dengan pekerjaan layanan. Tantangan sebenarnya timbul ketika pekerja harus melakukan satu emosi sambil merasakan adanya emosi lainnya. Disparitas ini dinamakan emonitional dissonance,yang merupakan ketidaksistenan antara emosi yang dirasakan orang dengan emosi yang mereka rancang.
Emotional labor menciptakan dilema bagi pekerja. Sering terjadi kita harus bekerja dengan orang yang kita tidak suka. Munkin kita pertimbangkan kepribadian mereka pembawaanya kasar. Munkin kita tahu bawah mereka telah mengatakan sesuatu hal negatif tentang kita diblakang kita. Bagaimanapun pekerjaan kita memerlukan interaksi dengan orang tersebut atas dasar hubungan reguler. Maka kita dipaksa berpura-pura bersahabat.
Untuk mengatasi masalah tersebut yang didapat dilakukan adalah dengan memisahkan emosi dalam felt atau displayed emotion. Felt emotion  adalah emosi aktul individual, sedangkan Displayed emotion adalah emosi yang diharapkan organisasi untuk ditunjukkan pekerja dan di pertimbangkan sesuai dalam pekerjaan tertentu.

H. Affective Events Theory
Emosi dan moods merupakan bagian penting dalam kehidupan kita dan kehidupan kerja kita. Bagaimana emosi dan  moods memengaruhi kinerja dan kepuasan kerja di jelaskan oleh affctive events theory. Teori ini menunjukkan bahwa pekerja bereaksi secara emosional pada sesuatu yang terjadi pada meeka di pekerjaan, dan reaksi ini ter,asuk kinerja dan kepuasan kerja mereka.
Affective Events Theory dijelaskan oleh Robbins dan judge(2011: 146) seperti pada gambar di bawah ini:



















Gambar 7.4 affctive Events Theory
Sumber: Stephen P.Robbins Dan Timothy A.Judge,Organizational Behavior,2011

Gambar tersebut menunjjukan bahwa emosi merespon pada kejadian dalam lingkungan kerja. Lingkungan kerja termasuk semua hal sekitar pekerjaan, variasi tugas dan tingkat ekonomi, tuntutan pekerjaan dan kebutuhan utuk menyatakan emotional Labor. Selanjutnya lingkungan kerja menciptakan kejadian kerja yang memicu reaksi emosional positif atau negatif , di mana kepribadian dan  moods pekerja memengaruhi untuk merespon dengan intesitas lebih besar atau lebih kecil. Orang yng mempunyai sekor rendah pada stabilitas emosinal lebih munkin bereaksi kuat pada kejadian negatif. Dan respon emosional kita pada kejadian tertentu dapat berubah, tergantung pada moods.  Akhirnya, emosi memengaruhi sejumlah variabl kerja dan kepuasan, seperti  Organizational Citizenship Behaviour,komitmen organisasional, tingkat usaha ,keinginan untuk keluar ,dan penyimpangan tempat kerja.

I. Kecerdasan emosional 
Kecerdasan emosional adalah sekumpulan kemampuan untuk merasakan dan menyatakan emosi ,mengasimilasi emosi dalam berfikir,memahami dan alasan dengan emosi,dan menghubu ngkan emosi dalam diri sendiri dan orang lain(McShane dan Von Glinow, 2010: 105).
Kecerdasan emosional diorganisir dalam empat dimensi yang mencermingkan pula Regcognition Of Emotion dalam diri kita sendiri dan orang lain, demikian pula Regcognition Of Emotion dalam diri kita sendiri dan orang lain. Hubungan diantara mereka di gambarkan sebagai model dibawah ini:

                        Yourself                              Other people
                (personal competence)  (social competence)
 Recognition 
of  emotions

Regulation
 Of emotions

Gambar 7.5 Dimensi kecerdasan emosi
Sumber:Steven L. Mary Ann Von Glinow, Organizational Behaviar ,2010

Keempat dimensi atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Self –Awereness. self–Awereness adalah kemampuan dan memahami maknadari emosi kita sendiri. Kita lebih sennsitif  melemahkan respon emosional pada kejadian dan memahami pesan mereka. oraang yang memiliki self-aware lebih baik dapat mendengarkan pada respon emosional mereka pada situasi spesifik dan menggunakan kesadaran ini sebagai informasi secara sadar
2. Self- management.self –management adalah kemampuan mengelola emosi kita sendiri, sesuatu yang kita semua lakukan pada suatu tingkat tertentu.kita menjaga gerak anti yang menganggu dalam pengawasan. Kita mencoba untuk tidak merasa marah atau frustasi apabila kejadian diarahkan kepada kita . kita berusaha merasa dan menyatakan kesenangan dan kebahagiaan terhadap orang lain ketika kesempatan datang untuk menujukan emosional ini.
3. Sosial-awereness.sosial –awerenessadalah adalah kemampuan merasa dan memahami emosi orang lain. Untuk sebagian besar, kemampuan yang ditunjukan oleh empati .mempunyai pemahaman tentang dan sensitivitas pada perasaan,pikiran, dan situasi orang lain. Termasuk memahami situasi orang lain mengalami emosi orang lain.dan mengetahui kebutuhannya bahkan meskipun tidak di nyatakan. Sosial awarness  meluas diluar empati termasuk menjadi  peduli terhadap organisasi seperti politik kantor dan memahami jaringan sosial.
4. Relationship management.relationship management adalah  menyangkut mengelola emosi orang lain. Hal ini termasuk menghibur orang yang merasa  sedih, secara emosional memberihkan inspirasi anggota tim untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, membuat orang asing nyaman bekerja dengan kita , dan mengelola emosi disfungsional,emosi negatif diantara staf yang menghadapi emosi disfungsional,emosi negatif diantara staf yang menghadapi konflik dengan pelanggan atau pekerja lain.

Keempat dimensi kecerdasan membentuk hierarki. Sel ft –awareness berada pada tingkat rendah karena merupakan persyaratan bagi tiga dimnsi lainnya, tetapi tidak memerlukan dimensi lainnya. Selft management dan sosial awareness perlu diatas selft- awareness dalam hierarki. Kita tidak dapat mengelola emosi kita sendiri (selft management) apabila kita tidak baik dalam mengetahui emosi kita sendiri ( selft –awareness ). Relationship management adalah para tingkat karena memerlukan ketiga dimensi lainnya. Dengan kata lain, kita memerlukan kecerdasan emosional tingkat tinggi karena kumpulan kompetinsi ini me.merlukan sepenuhnya self-awareness,selft management,dan sosial awareness tingkat tinggi.
Sedangkan Robbins (2003; 111) menyatakan bawah kecerdasan emosional menunjukan campuran keterampilan npnkognitif ,kapabilitas dan kompetensi yang memengaruhi kemampuan orang untuk berhasil dalan mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan .
Emotional inteligence atau kecerdaasan itu sendiri darimlima dimensi, yaitu  (1) selft-awareness ,menjadi peduli terhadap perasaan, (2)  selft –management ,kemampuan mengelola emosi dan bergerak hati sendiri,(3) selt motivation, kemampuan tetap melakukan di hadapan penurunan dan kegagalan. (4) empathy , kemampuan merasakan bagaimana perasana lain dan (5)  Sosial skills ,kemampuan menangani emosi orang lain.
Dari uraian diatas tampak  bawah McShane dan Von Glinow membagi dalam lima dimensi. Namun, apabila pendapat  Robbins tersebut dibandingkan dengan pandangan mcshane dan Von Glinow, maka kedua dimensi menunjukkkan kesamaan, yaitu selft- awareness dan self –management. Pada dasarnya sosial skill  Robbins mengandung makna yang sama dengan sosial-awareness mcshane dan Von Glinow. Sementara itu, yang menunjukkan perbedaan adalah dimensi self-motivation dan empaty Robbins dengan  relationship management McShane dan Von Glinow. 
Sedangkan  Kreitner dan Kinicki(2010: 144) memberikan pengertian kecerdasaan emosional sebagai kemampuan mengelola dirinya sendiri dan berinteraksi dengan orang lain dengan cara dewasa dan konstruktif.kreitner dan Kinicki membagi dimensi kecerdasan emosional menjadi emoat dimensi, dengan termionologi sama dengan McShane dan Von Glinow,yaitu self-Awareness,Self-Management,Sosial Awareness,Dan Relationship Management. Namun ,Kreitner dan kincki menegelompokan Self-Awareness dan Self-Management sebagai Personal Competence, yang merupakan kapabilitas untuk mempertimbangkan bagaimana kita mengelola diri kita. Sedangkan Sosial Awareness Dan Relationship Management dikelompokan dalam  sosial Competence.yang merupakan kapabilitas untuk mempertimbangkan bagaimana kita mengelola hubungan.
Kreitner dan kinicki (2010: 144) menunjukkan ababgimana mengembangkan kompetinsi personal dan sosial melalui kecerdasan emosional.
1. Personal Competence. Menunjukkan kapabilitas menentukan bagaimana mengelola diri sendiri ,dengan dimensi Self-Awareness Dan Self Management.
a. Self-Awareness
1) Emotional self –awareness membaca emosi sendiri dan mengenal dampaknya, dengan menggunakan rasa keberanian menjadi pedoman keputusan.
2) Accurate self- assessment menegtaui kekuatan dan keterbatasan sesorang 
3) Self-compidence  merasakan harga diri dan kapabilitas sesorang 
b. Self- Management 
1) Emotional sef control : menjaga gangguan emosi dan dorongan hati terkendali
2) Transparancy : menunjukkan kejujuran dan intekritas ,sifat layak dapat terpercaya.
3) Adaptabilty: fleksibilitas dalam mengadaptasi situasi perubahan atau mengatasi hambatan
4) Achievement : dorongan memperbaikki kinerja untuk memenuhi inti standar keunggulan.
5) Initiantive : kesiapan untuk bertindak dan menangkap peluang.
6) Optimism: melihat sisi kebaikan dari kejadian.
2. Sosial Competence, menunjukkan kapabilitas menentukan bagaimana mengelola hubungan, dengan dimensi Sosial Awareness dan Relationship Management.
a. Sosial Awareness mencakup masalah : (i) Empaty :meerasakan emosi orang lain ,memahami perspektif mereka dan mempunyai minat aktif dalam kepentingan mereka (ii). Organizational Awareness: membaca arus ,jaringan keputusan,dan politik pada tingkat organisasi. (iii).  Service : Mengenal dan memenuhi kebutuhab pengikut ,klien, atau pelanggan.
b. Relationship Management mencakup masalah (i) Inspirational Leadership: membimbing dan memotivasi dengan memaksakan visi, (ii). Influence: wielding tentang taktik untuk membujuk.(iii) Developing Others :mendukung kemampuan orang lain melalui umpan  balik dan bimbingan, (iv) Change Catalyst: inisiasi ,mengelola, dan memimpin dalam arah baru.(v). Comflict management : Mengatasi ketidak kesepakatan,(vi) Building Bonds: menanamkan dan memelihara jaringan dan Teamwork And Collaboration:kerja sama dengan membangun tim.

J. Aplikasi Emosi dan Moods.

Menurut Robbins (2003: 106), aplikasi masalah emosi dalam organnisasi dapat terlihat dalam kegiatan yang menyangkut (a) Ability And Selection,(B)Decision Making,(C) Motivation,(D)Leadership,(E)Interpersonal Conflict,Dan (F)Deviant Workplance Behavior.sedangkan Rpbbins dan Judge (2011: 149) menujukkan adanya aplikasi dalam : (A)Selection(B)Decision Making,(C)Creativity,(D)Motivation,(E)Leadership(Negotiation,(G) Customer Service,(H) Job Attitude,(I) Deviant Workplace Behavior,(J) Safety And Injury At Work,Dan (K)How Manager Can Influence Moods.

Dengan memerhatikan persamaan dan perbedaan pandangan mereka,masalah aplikasi emosi dan moods tersebut kita bahas satu persatu sebagai berikut.
1. Ability And Selection, kemampuan dan seleksi. Orang yang menegetahui emosi mereka sendiri dan pandai dalam membaca emosi oranfgg lain akan lebih efektif dalam pekerjaan. Ini merupakan inti Emotional Lintelligence, yang menunjukkan campuran keterampilan nonkognitif,kapabilitas dan kompetensi yang memengaruhi kemampuan orang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.   

kecerdasan emosional memainkan peran penting dalam kinerja dan menjadi pertimbangan sebagai faktor dalam seleksi ,terutama dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial tingkat tinggi.
2. Decision Making, pengambilan keputusan. Pilihan keputusan di pengaruhi oleh perasaan seseorang. Orang akan membuat keputusan berbeda ketika marah dan tegang daripada ketika mereka dalam keadaan tenang . Orang menggunakan proses emosi, rasional dan intuisi dalam membuat keputusan. Kegagalan memasukkan emosi kedalam proses keputusan akan mengakibatkan pandangan tentang proses tidak lengkap dan tidak akurat.
3. Motivation, motivation.Persepsi dan kalkulasi tentang situasi diisi dengan kepuasan emosional yang secara signifikan memengaruhi seberapa banyak usaha mereka menekan. Selanjutnya, apabila kita melihat orang sangat termotiivasi dalam pekerjaan, mereka secara emosional komited. Selanjutnya, apabila kitamelihat orang yang sangat termotivasi dalam pekerjaan ,mereka secara emosional komited.
4. Leadership , kepemimpinan. Pemimpin efektif hampir semua menyadarkan pada ekspresi dari perasaan untuk membantu menyampaikan pesan mereka. Kenyataanya , ekspresi emosi dalam pidato sering menjadi elemen penting yang menghasilkan individual menerima atau menolak pesan pemimpin. Ketika pemimpin efektif ingin melakukan perubahan signifikan,mereka mendasarkan pada membangkitkan emosi dan menghubungkan pada visi yang menarik,pemimpin meningkatkan kemunkinan manajer  dan pekerja akan sama-sama menerima perubahan.
5. Interpersonal Conflict, Konflik interpersonal. Keberhasilan manajer dalam berusaha mengatasi konflik,kenyataanya sering untuk sebagian besar terletak pada kemampuannya mengidentifikasi elemen emosional dalam konflik dan mendapatkan pihak yang konflik bekerja melalui emosi mereka. Manajer yang mengabaikan elemen emosional dalam konflik,memfokus semata-mata pada masalah rasional dan fokus pada tugas, tidak munkin menjadi sangat efektif dalam menyelesaikan konflik tersebut.
6. Deviant Workplace Behavior, perilaku tempat kerja menyimpang. Emosi negatif dapat  membawa pada sejumlah Deviant Workplace Behavior,perilaku tempat kerja menyimpang. Setiap orang yang menggunakan banyak waktu dalam organisasi menyadari bahwa orang sering terikat dalam tindakan suka rela yang melanggar norma yang suda ada dan yang menatang organisasi, anggotannya atau keduaanya. Tindakan ini dinamakan employee deviant. Perilaku menyimpang ini dapat atau tidak di langgar dan masuk dalam kategori sebagai produksi,properti,politik,dan agresi pribadi, banyak dari perilaku menyimpang ini dpaat dilacak pada emosi negatif.
7. Creativity, Kreativitas. Orang dalam suasana hati yanfg baik cenderung lebih kreatik daripada orang dalam suasana hati buruk. Mereka menghasilkan banyak gagasan dan lebih banyak pilihan, dan lainnya berfikir gagasan mereka original. Kelihatannya, orang yang  mengalami Moods dan emosi positif lebih fleksibel dan terbuka dalan pemikirannya,yang menjelaskan mengapaa mereka  lebih kreatif. Penyedia harus secara aktif berusaha membuat pekerjaanya bahagia. Karena dengan demikian menciptakan suasana hati lebih baik,yang pada gilirannya mengarahkan orang lebih kreatik.
8. Negotiation, negosiasi. Menujukkan emosi negatif ,seperti kemarahan,dapat efektif ,tetapi merasa buruk tentang kinerja tampak merusak negosiasi yang akan datang. Individu yang melakukan dengan buruk dalam negosiasi mengalami emosi negatif.menumbuhkan persepsi negatif mitranya, dan kurang bersedia berbagi informasi atau kerja sama dalam negosiasi yang akan datang. Yang menarik, sementara  Moods dan emosi mempunyai keuntungan dipekerjaan,dalam negosiasi , emosi dapat merusak kinerja negosiator.
9. Customer Service, pelayanan pelanggan.keadaan emosi pekerja dapat memengarui tingkat bisnis dan kepuasan pelanggan , yang pada gilirannya memengaruhi tingkat bisnis dan kepuasan pelanggan, menyediahkan kualitas pelayanan pelanggan membuat permintaan atas pekerja karena sering menempatkan mereka pada keadaan ketidaksesuaian emosional. Sepanjang waktu, tahapan ini dapat menuju pada kelelahan kerja, penurunan dalam kinerja, dan kepuasan kerja yang lebih rendah.
10. Job Attitudes, sikap kerja. Orang yang mempunyai hari baik di pekerjaan cenderung dalam suasana hati yang lebih baik dirumah,demikian pula sebaliknya. Orang yang menghadapi hari penuh stres juga mengalam kesulitanbersantai setelah selesai bekerja. Demikian pula apabila  kita mempunyai hari yang buruk dipekerjaan., pasangan kita munkin menghadapi sore hari yang tidak menyenangkan.
11. Safety And Injury At Work, keselamtan dan kecelakan kerja.pemimpin harus memperbaikki kesehatan dan keamanan dengan memastikan pekerja tidak terkait dalam aktivitas yang potensial yang berbahaya ketika mereka dalam suasana hati yang buruk. Moods yang buruk dapat menyebabkan kerugian dipekerjaan dalam beberapa cara.individu dalam suasana hati negatif cenderung lebih cemas dan dapat membuat mereka kurang mampu mengatasi bahaya secara efektif. Orang yang selalu takut akan lebih pesimitis tentang efektivitas pencegahan keamanan karena dia merasa mendapat luka atau munkin panik atau membeku ketika dihadapkan dengan situasi menantang . Moods yang negatif juga membuat orang lebih bingung, dan gangguan dapat dengan jelas mengarah pada perilaku tanpa perhatian.
12. How Managers Can Influence Moods, bagaimana manajer dapat memengaruhi suasana hati. Memperbaikki suasana hati seorang kawan biasanya dapat dilakukan dengan berbagai cerita lucu,memberi orang sekantong kecil permen, atau bahkan menawarkan minuman menyegarkan. Ditingkat organisasi , manajer dapat menggunakan humor dan memberi pekerjaanya hadiah kecil sebagai apresiasi atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Apabila pemimpin dalam kondisi suasana hati yang baik, anggota kelomok lebih positif dan berbagai hasilnya mereka lebih bekerja sama.