Selasa, 16 Mei 2017

EMOSI DALAM PERILAKU ORGANISASI

                            

1.EMOSI

  Dalam teori manajemen, pekerja mengejar tujuan organisasi dengan cara logis dan rasional. Sementara itu, perilaku emosional jarang di nyatakan dalam persamaan. Dalam kehidupan organisasi sehari – hari menunjukkan kepada kita bagaimana emosi pada umumnya dan emosi yang sangat kuat terjadi. Kemarahan dan kecemburuan merupakan potensi emosi, sering menyingkirkan logika dan rasionalitas di tempat kerja. Manajer menggunakan ketakutan dan emosi lainnya baik untuk memotivasi maupun mengintimidasi.

A. Pengertian Emosi

Membahas tentang emosi biasanya  tidak dilakukan sebagai termiologi yang berdiri sendiri. Terdapat tiga termiologi yang saling terkait yaitu antara affect, emotions, dan moods. Affect merupakan termiologi generik yang mencakup tentang perasaan yang luas yang dialami orang. Sedangkan  emotions adalah perasaan yang kuat diarahkan pada seseorang atau sesuatu.  Sementara itu, moods merupakan perasaan yang cenderung kurang kuat daripada emosi dan dengan kekurangan dorongan kontekstual. Moods dapat diberi makna kurang lebih sebagai suasana hati atau suasana batin.
Terdapat beberapampengertian tentang perbedaan antara emosi dengan moods yang diberikan oleh beberapa pakar. Menurut Robbins (2003: 106), emosi adalah reaksi pada suatu objek, bukan sifat. Sebaliknya, moods tidak diarahkan pada suatu objek. Emosi dapat berubah menjadi moodsketika kita kehilangan fokus pada objek kontekstual.

Pengertian lain yang diberikan terhadap emosi adalah sebagai reaksi yang jelas menyatakan perasaan tentang kejadian. Sedangkan dengan moods diartikan sebagai perasaan tidak fokus, relatif lemah yang terjadi sebagai latar belakang pada pengalaman kita sehari hari (Greenberg dan Baron,2003: 115).       


Sedangkan McShane dan Von Glinow (2010: 98) memberikan pengertian emosi sebagai peristiwa pengalaman fisiologis, perilaku, dan psikologis terhadap suatu objek, orang atau kejadian yang menciptakan keadaan kesiapan. Adapun Kreitner dan Kinicki (2010:142) memberikan pengertian emosi sebagai reaksi yang kompleks, terpola, organismik pada
bagaimana kita berpikir dan melakukan usaha dalam jangka panjang untuk
bertahan dan tumbuh subur serta mencapai apa yang kita harapkan untuk diri kita.
Atas dasar berbagai pandangan para pakar, dapat dirumuskan pengertian emosi sebagai reaksi yang menyatakan perasaan yang kompleks terhadap orang, objek atau kejadian.

Hubungan antara AjTect, Emotions,dan Moods digambarkan oleh Robbins dan Judge (2011: 135) seperti pada bagan di bawah ini

 



Gambar 7.1 Affect, Emotions, dan Moods
Sumber: Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, Organizational Behavior, 2011.

Gambar tersebut menjelaskan bahwa, pertama, Affect adalah terminologi luas yang mencakup emotions dan moods. Kedua, terdapat perbedaan antara emotions dan moods. Beberapa perbedaan tersebut adalah bahwa emosi lebih mungkin disebabkan oleh kejadian spesifik, dan emosi berlalu Iebih cepat daripada moods. Perbedaan lain adalah lebih lemah. Sebagai contoh, tidak seperti moods, emosi seperti marah dan muak cenderung lebih jelas ditampakkan oleh ekspresi wajah. Emosi juga lebih berorientasi pada tindakan, mengarah pada tindakan segera. Sedangkan moods mungkin lebih kognitif, artinya menyebabkan kita berpikir sebentar. Ketiga, emosi dan moods berhubungan sangat dekat dan dapat saling memengaruhi. Mendapatkan pekerjaan yang menjadi impian dapat membangkitkan emosi senang, yang dapat membuat moods yang baik untuk beberapa hari. Sama halnya, apabila kita dalam moods baik atau buruk, dapat membuat kita mengalami emosi positif atau negatif lebih kuat daripada sebaliknya. Dalam moods yang buruk, kita mungkin menjadi sangat marah sebagai tanggapan pada komentar rekan kerja tentang sesuatuyang biasanyahanya membangkitkan reaksi ringan.

Affect, emotions dan moods dapat dipisahkan menurut teori, tetapi dalam praktik perbedaan tersebut tidak selalu jelas. Sehingga kctika membahas topik perilaku organisasi tentang emotions dan moods, terkadang kita mendapat banyak informasi tentang emosi dan pada kesempatan lain lebih
banyak tentang moods.
Emosi dapat mempunyai dua bentuk, yaitu Felt emotions dan Displayed emotions. Felt emotions adalah emosi aktual individual. Sedangkan Displayed emotions adalah emosi yang secara organisasional diperlukan dan dipertimbangkan sesuai dalam pekerjaan tertentu. Sebagai contoh adalah seorang manajer yang efektif belajar menjadi serious ketika memberi evaluasi negatif pada pekerja dan menutupi kemarahan ketika memberikan mereka
promosi. Demikian pula orang penjualan yang tidak belajar tersenyum dan tampil bersahabat, tanpa memandang perasaan sebenarnya pada saat itu, pada umumnya tidak akan lama dalam pekerjaan penjualan (Robbins,2003: 106).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa felt emotions adalah merupakan emosi nyata yang dirasakan seseorang seperti rasa senang, sedih, takut, benci terhadap seseorang atau keadaan. Felt emotions seseorang mungkin tidak diketahui oleh orang lainnya. Sedangkan displayed emotions merupakan emosi yang tampak atau di tunjukkan di permukaan. Misalnya seseorang yang memerlukan bantuan dapat menunjukkan emosi sedemikian rupa agar dikasihani oleh orang lain. Demikian pula apabila sedang menyatakan tidak suka pada orang lain dapat terlihat pada kerut wajalmya.

B. Sifat Dasar Emosi
Di samping perbedaannya, emosi mempunyai empat sifat dasar yang
sama (Greenberg dan Baron, 2003: 115),
1. Emosi selalu mempunyai suatu objek. Sesuatu atau seseorang memicu emosi. Misalnya,atasan kita membuat kita marah ketika dia salah menuduh bahwa kita telah melakukan kesalahan. Dalam hal ini,seseorang menyebabkan reaksi emosional kita.
2. Terdapat enam kategori emosi. Orang tidak mempunyai emosi berbeda dalam jumlah tidak terbatas. Penelitian mengelompokkan dalam enam kategori: anger (kemarahan), fear (ketakutan), joy (kesenangan). Love (cinta), sadness(kesedihan), dan surprise(terkejut).
3. Ekspresi emosi utama adalah universal. Orang di seluruh dunia umumnya melukiskan emosi yang sama dengan menggunakan ekspresi wajah yang sama. Kenyataannya, bahkan orang yang tinggal di daerah terpencil cenderung menunjukkan emosi yang sama dengan cara yang sama. Sebagai hasilnya, maka kita dapat mengenal tingkat emosi oranglain apabila kita memberi perhatian pada ekspresi wajah mereka.
4. Budaya mempertimbangkan bagaimana dan kapan orang menyatakan emosi. Meskipun orang diseluruh dunia menyatakan emosinya dengan cara yang sama, standar informal menentukan tingkatan dimana diterima untuk melakukan demikian. Harapan ini dinamakan display rules, norma budaya tentang cara yang sesuai untuk menyatakan emosinya. Sebagai contoh, norma budaya Italia menerima untuk memperlihatkan emosi di depan publik, sedangkan norma budaya di Inggris tidak menyukai cara tersebut, mendorong orang berbicara lebih pelan dalam penampilan emosinya.

Demikian pada budaya suku bangsa kita yang sangat beragam, ada yang dapat menyatakan pendapatnya secara langsung dan terus terang. Namun, terdapat pula budaya yang menghindari menyatakan pendapat secara langsung karena takut menyakiti orang lain,sehingga menyatakan secara tidak langsung, berputar-putar dan menggunakan kiasan.


C. Sifat Dasar Suasana Batin
Cara mengklasifikasi emosi adalah menyatakan sebagai positif atau negatif. Emosi positif, seperti kesenangan dan bersyukur, menyatakan evaluasi atau pcrasaan mcnyenangkan, Emosi negatif, seperti kcmarahan atau merasa bersalah, menyatakan sebaliknya.Ketika kita mcngelompokkan emosi ke dalam kategori positif atau negatif, maka menjadi tahapan moods karena kita sekarang melihatnya lebih umum, bukannya mengisolasi satu emosi tertentu.


           High Negative Tense Alert High positie
Affect   Nervouse Excited Affect

     Stressed       Elated


       Uped Cappy

     Sad Conted


  Depressed   Serene

   Bored   Relaxed
Low positife Fatigued   Calm Low Negative
  Affect         Affect

Gambar 7.2 Struktur Moods
Sumber: Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, Organizational Behavior, 2011.


Robbins dan Judge (2011: 137), menunjukkan bahwa Excited atau bergairah adalah tanda murni dari high positif affect,sedang Boredom atau kebosanana dalah tanda mumi dari low positif affect.Nervous atau gelisah. Gugup adalah tanda mumi dari high negative affect dan Relaxed atau santai adalah tanda murni dari low negative affect.Akhimya, beberapa emosi,
seperti Contentment atau kesenangan(campuran high positive affect dan low negative affect) dan Sadnes satau kesedihan(campuran  positive affect dan high negative affect) adalah di antaranya.Perlu dicatat bahwa model ini tidak memasukkan semua emosi. Beberapa emosi,seperti di antaranya Surpise atau terkejut tidak begitu cocok karena tidak jelas sifatnya positif atau negatif
D. Sumber Emosi dan Moods

Emosi dan moods timbul dan berasal dari beberapa kemunkinan sumber ( Robbins dan judge, 2011 : 138).
1. Persoanality
Kebanyakan orang mempunyai kecenderungan mengalami moods dan emosi tertentu lebih sering daripada orang lain. Orang juga mengalami emosi dengan perbedaan intesitas. Ada orang yang mudah marah dan sebaliknya ada pula yang emosional.
2. Day of the Week and Time of the Day
Orang cenderung berada dalam moods paling buruk (highest negative Affect and lowes ptositiva effect) di awal minggu, dan dalam moods terbaik (highest positive affect and lowest negativa effect) di akhir minggu.Dilihat dari segi waktu harian, kita cenderung mempunyai pola yang sama. Tingkat affect positif cenderung mencapai puncak sekitar setengah jalan antara bangun dan tidur. Tetapi affect negatif menunjukkan sedikit fluktuasi sepanjang hari. Bagi perilaku organisasi,hal tersebut mengandung makna bahwa Senin pagi mungkin bukan waktu-yang tepat untuk minta kebaikan dari seseorang atau menyampaikan berita buruk. Interaksi di tempat kérja mungkin akan lebih positif dari tengah pagi hari seterusnya dan juga belakangan dalam minggu. 
3. Weather
Banyak orang yakin bahwa moods mereka terikat pada cuaca. Cuaca panas atau dingin dapat memengaruhi moods seseorang. Tetapi penelitian menemukan bahwa cuacah anya mempunyai pengaruh kecil pada moods.
4. Stress 
Kejadian sehari-hari di pekerjaan yang menegangkan secara negatif memengaruhi moods. Pengaruh stres jugadi bangun sepanjang waktu.Menaikkan tingkat stres dapat memperburuk moods dan kita mengalami emosi lebih negatif.
5. Social Activities
Bagi kebanyakan orang,aktivitas sosial meningkatkan moods positif dan mempunyai pengaruh kecil pada moods negatif.Tetapi orang dalam moods positip mencari-cari intraksi sosial,dan interaksi sosial menyebabkan orang dalam moods baik. Aktivitas sosial yang bersifat fisik, informal atau penggemar makanan lebih kuat dikaitkan dengan peningkatan mmods positif daripada kejadian yang bersifat formal atau duduk terus menerus.
6. Sleep
Kualitas tidur memengaruhi moods. Mahasiswa dan pekerja dewasa yang kekurangan tidur melaporkan kebiasaan kelelahan, kemarahan dan permusuhan lebih besar.salah satu alasan adalah bawah tidur buruk atau kurang menganggu penggambilan keputusan dan membuat sulit untuk mengontrol emosi. Tidur yang buruk juga menganggu kepuasan kerja karena orang merasa kelelahan, lekas marah dan kurang waspada
7. Exercise 
Latihan memperbaikki moods. latihan meninggkatkan moods positif orang. Sementara tidak terlalu kuat secara keseluruhan, pengaruh terkuat adalah pada mereka mengalami depresi. Karenanya. Latihan dapat membantu kita dalam  moods yang lebih baik,tetapi jangan mengharapkan keajaiban.
8. Age
Orang muda tidak mengalami emosi positif lebih ekstrem. Penelintian pada orang berumur antara 18-94 tahun menunjjukan bawah emosi negatif kelihatannya berkurang terjadi apabila orang semakin tua. Periode moods positif yang tinggi berhakir lebih lama untuk individual lebih tua,dan moods yang buruk menghilang lebih cepat. Penelitihan yang ada menunjukkan bahwa pengalaman emosional membaik dengan umur.semakin tua kita kita mengalami sedikit emosi negatif. 
9. Gender 
Banyak orang yakin bahwa wanita lebih emosional daripada pria. Kenyataan menunjukkan bawah wanita secara emosional lebih ekspresif daripada pria. Mererka mengalami emosi yang lebih kua, dan cenderung berpegagan pada emosilebih lama daripada pria,dan mereka menunjukkan lebih sering menunjukkan ekspresi baik emosi positif maupun negatif, kecuali kemarahan karenanya terdapat perbedaan gender dalam pengalaman dan ekspresi emosi. 
E. Dimensi Ekonomi

Robbins(2003: 106) menunjukkan adanya tiga dimensi emosi,yaitu:
1. Varienty 
Terdapat banyak sekali variasi emosi, namun yang penting adalah penentuan klasifikasi yang bersifat positif dan negatif. Emosi positif,seperti kebahagiaan dan harapan,menunjukkan evaluasi dan perasaan menyenangkan. Emosi negatif,sepeti marah atau benci,menyatakan sebaliknya. Perlu diingat bawah emosi tidak dapat bersifat netral, netral adalah non emosional. Namun, kebanyakan orang lebih banyak menunjukkan emosi negatif daripada emosi positif. Di samping itu, dari banyaknya variasi emosi, dilakukan identifikasi enam emosi yang bersifat juniversal, yaitu: anger(kemarahan),  fear (takut), sadness(kesedihan), happines (kebahagiaan), disgust (muak), dam suprise(terkejut).
2. Intensity 
Orang yang memberihkan tanggapan yang berbeda pada dorongan emosi yang sama. Dalam beberapa hal menunjukkan kepribadian individual. Di waktu lain merupakan hasil dari kebutuhan pekerjaan. Orang beragam dalam kemampuannya menyatakan intensitasnya. Pekerjaan membuat permintaan intensitas berbeda dalam bentuk emotional labor.
3. Frequency and Duration
Menunjukkan seberapa sering emosi perlu ditunjukkan dan untuk berapa lama. Emotional labor yang memerlukan frekuensi tinggi atau durasi panjang adalah lebih menutut dan memerlukan lebih banyak pengarahan oleh pekerja. Maka apabila pekerja dapat berhasil mencapai emotional demand daei pekerja tertentut tergantung tidak hanya pada emosi apa perlu ditunjjukan dan intensitasnnya, tetapi juga pada bagaimana sering dan untuk berapa lama usaha harus dilakukan.

F. Tipe Emosi
Orang mengalami banyak emosi dan berbagai kombinasi emosi, tetapi semuanya mempunyai dua tampilan umum. Pertama , emosi membangkitkan evaluasi global(dinamakan core effect) bahwa sesuatu adalah baik atau buruk, bermanfaat atau berbahaya ,didekati atau dihindari. Kedua, semua emosi menghasilkan beberapa tingkat penggiatan. Tetapi mereka sangat berubah-ubah dalam penggiatan tersebut, yaitu seberapa banyak mereka meminta perhatian kita dan memotivasi kita untuk bertindak. Dua dimensi ini menjadi dasar the circumplex model emosi dibawah ini:
 

Gambar 7.3 Model Circumplex Emosi
Sumber:steven l .macshane dan mary annvonglinow,organizational behavior,2010.

G. Emotional Labor

Berhubungan dengan affect semakin meningkat perilaku organisasi adalah emonitional Labor. Setiap pekerja mengeluarlkan fisik dan Imental labor ketika mereka menempatkan badannya dan kapabilitas kognitifnya kedalam pekerjaan. Tetapi kebanyakan pekerjaan juga memerlukan emotional Lobar. Emotional lobar adalah suatu situasi di mana pekerja menyatakan secara organisasional emosi yang diharapkan selama transaksi interpersonal di pekerjaan (Robbins dan Judge, 2011:143).
Konsep emonitional Lobar awalnnya di kembangkan dalam hubungan dengan pekerjaan layanan. Tantangan sebenarnya timbul ketika pekerja harus melakukan satu emosi sambil merasakan adanya emosi lainnya. Disparitas ini dinamakan emonitional dissonance,yang merupakan ketidaksistenan antara emosi yang dirasakan orang dengan emosi yang mereka rancang.
Emotional labor menciptakan dilema bagi pekerja. Sering terjadi kita harus bekerja dengan orang yang kita tidak suka. Munkin kita pertimbangkan kepribadian mereka pembawaanya kasar. Munkin kita tahu bawah mereka telah mengatakan sesuatu hal negatif tentang kita diblakang kita. Bagaimanapun pekerjaan kita memerlukan interaksi dengan orang tersebut atas dasar hubungan reguler. Maka kita dipaksa berpura-pura bersahabat.
Untuk mengatasi masalah tersebut yang didapat dilakukan adalah dengan memisahkan emosi dalam felt atau displayed emotion. Felt emotion  adalah emosi aktul individual, sedangkan Displayed emotion adalah emosi yang diharapkan organisasi untuk ditunjukkan pekerja dan di pertimbangkan sesuai dalam pekerjaan tertentu.

H. Affective Events Theory
Emosi dan moods merupakan bagian penting dalam kehidupan kita dan kehidupan kerja kita. Bagaimana emosi dan  moods memengaruhi kinerja dan kepuasan kerja di jelaskan oleh affctive events theory. Teori ini menunjukkan bahwa pekerja bereaksi secara emosional pada sesuatu yang terjadi pada meeka di pekerjaan, dan reaksi ini ter,asuk kinerja dan kepuasan kerja mereka.
Affective Events Theory dijelaskan oleh Robbins dan judge(2011: 146) seperti pada gambar di bawah ini:



















Gambar 7.4 affctive Events Theory
Sumber: Stephen P.Robbins Dan Timothy A.Judge,Organizational Behavior,2011

Gambar tersebut menunjjukan bahwa emosi merespon pada kejadian dalam lingkungan kerja. Lingkungan kerja termasuk semua hal sekitar pekerjaan, variasi tugas dan tingkat ekonomi, tuntutan pekerjaan dan kebutuhan utuk menyatakan emotional Labor. Selanjutnya lingkungan kerja menciptakan kejadian kerja yang memicu reaksi emosional positif atau negatif , di mana kepribadian dan  moods pekerja memengaruhi untuk merespon dengan intesitas lebih besar atau lebih kecil. Orang yng mempunyai sekor rendah pada stabilitas emosinal lebih munkin bereaksi kuat pada kejadian negatif. Dan respon emosional kita pada kejadian tertentu dapat berubah, tergantung pada moods.  Akhirnya, emosi memengaruhi sejumlah variabl kerja dan kepuasan, seperti  Organizational Citizenship Behaviour,komitmen organisasional, tingkat usaha ,keinginan untuk keluar ,dan penyimpangan tempat kerja.

I. Kecerdasan emosional 
Kecerdasan emosional adalah sekumpulan kemampuan untuk merasakan dan menyatakan emosi ,mengasimilasi emosi dalam berfikir,memahami dan alasan dengan emosi,dan menghubu ngkan emosi dalam diri sendiri dan orang lain(McShane dan Von Glinow, 2010: 105).
Kecerdasan emosional diorganisir dalam empat dimensi yang mencermingkan pula Regcognition Of Emotion dalam diri kita sendiri dan orang lain, demikian pula Regcognition Of Emotion dalam diri kita sendiri dan orang lain. Hubungan diantara mereka di gambarkan sebagai model dibawah ini:

                        Yourself                              Other people
                (personal competence)  (social competence)
 Recognition 
of  emotions

Regulation
 Of emotions

Gambar 7.5 Dimensi kecerdasan emosi
Sumber:Steven L. Mary Ann Von Glinow, Organizational Behaviar ,2010

Keempat dimensi atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Self –Awereness. self–Awereness adalah kemampuan dan memahami maknadari emosi kita sendiri. Kita lebih sennsitif  melemahkan respon emosional pada kejadian dan memahami pesan mereka. oraang yang memiliki self-aware lebih baik dapat mendengarkan pada respon emosional mereka pada situasi spesifik dan menggunakan kesadaran ini sebagai informasi secara sadar
2. Self- management.self –management adalah kemampuan mengelola emosi kita sendiri, sesuatu yang kita semua lakukan pada suatu tingkat tertentu.kita menjaga gerak anti yang menganggu dalam pengawasan. Kita mencoba untuk tidak merasa marah atau frustasi apabila kejadian diarahkan kepada kita . kita berusaha merasa dan menyatakan kesenangan dan kebahagiaan terhadap orang lain ketika kesempatan datang untuk menujukan emosional ini.
3. Sosial-awereness.sosial –awerenessadalah adalah kemampuan merasa dan memahami emosi orang lain. Untuk sebagian besar, kemampuan yang ditunjukan oleh empati .mempunyai pemahaman tentang dan sensitivitas pada perasaan,pikiran, dan situasi orang lain. Termasuk memahami situasi orang lain mengalami emosi orang lain.dan mengetahui kebutuhannya bahkan meskipun tidak di nyatakan. Sosial awarness  meluas diluar empati termasuk menjadi  peduli terhadap organisasi seperti politik kantor dan memahami jaringan sosial.
4. Relationship management.relationship management adalah  menyangkut mengelola emosi orang lain. Hal ini termasuk menghibur orang yang merasa  sedih, secara emosional memberihkan inspirasi anggota tim untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, membuat orang asing nyaman bekerja dengan kita , dan mengelola emosi disfungsional,emosi negatif diantara staf yang menghadapi emosi disfungsional,emosi negatif diantara staf yang menghadapi konflik dengan pelanggan atau pekerja lain.

Keempat dimensi kecerdasan membentuk hierarki. Sel ft –awareness berada pada tingkat rendah karena merupakan persyaratan bagi tiga dimnsi lainnya, tetapi tidak memerlukan dimensi lainnya. Selft management dan sosial awareness perlu diatas selft- awareness dalam hierarki. Kita tidak dapat mengelola emosi kita sendiri (selft management) apabila kita tidak baik dalam mengetahui emosi kita sendiri ( selft –awareness ). Relationship management adalah para tingkat karena memerlukan ketiga dimensi lainnya. Dengan kata lain, kita memerlukan kecerdasan emosional tingkat tinggi karena kumpulan kompetinsi ini me.merlukan sepenuhnya self-awareness,selft management,dan sosial awareness tingkat tinggi.
Sedangkan Robbins (2003; 111) menyatakan bawah kecerdasan emosional menunjukan campuran keterampilan npnkognitif ,kapabilitas dan kompetensi yang memengaruhi kemampuan orang untuk berhasil dalan mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan .
Emotional inteligence atau kecerdaasan itu sendiri darimlima dimensi, yaitu  (1) selft-awareness ,menjadi peduli terhadap perasaan, (2)  selft –management ,kemampuan mengelola emosi dan bergerak hati sendiri,(3) selt motivation, kemampuan tetap melakukan di hadapan penurunan dan kegagalan. (4) empathy , kemampuan merasakan bagaimana perasana lain dan (5)  Sosial skills ,kemampuan menangani emosi orang lain.
Dari uraian diatas tampak  bawah McShane dan Von Glinow membagi dalam lima dimensi. Namun, apabila pendapat  Robbins tersebut dibandingkan dengan pandangan mcshane dan Von Glinow, maka kedua dimensi menunjukkkan kesamaan, yaitu selft- awareness dan self –management. Pada dasarnya sosial skill  Robbins mengandung makna yang sama dengan sosial-awareness mcshane dan Von Glinow. Sementara itu, yang menunjukkan perbedaan adalah dimensi self-motivation dan empaty Robbins dengan  relationship management McShane dan Von Glinow. 
Sedangkan  Kreitner dan Kinicki(2010: 144) memberikan pengertian kecerdasaan emosional sebagai kemampuan mengelola dirinya sendiri dan berinteraksi dengan orang lain dengan cara dewasa dan konstruktif.kreitner dan Kinicki membagi dimensi kecerdasan emosional menjadi emoat dimensi, dengan termionologi sama dengan McShane dan Von Glinow,yaitu self-Awareness,Self-Management,Sosial Awareness,Dan Relationship Management. Namun ,Kreitner dan kincki menegelompokan Self-Awareness dan Self-Management sebagai Personal Competence, yang merupakan kapabilitas untuk mempertimbangkan bagaimana kita mengelola diri kita. Sedangkan Sosial Awareness Dan Relationship Management dikelompokan dalam  sosial Competence.yang merupakan kapabilitas untuk mempertimbangkan bagaimana kita mengelola hubungan.
Kreitner dan kinicki (2010: 144) menunjukkan ababgimana mengembangkan kompetinsi personal dan sosial melalui kecerdasan emosional.
1. Personal Competence. Menunjukkan kapabilitas menentukan bagaimana mengelola diri sendiri ,dengan dimensi Self-Awareness Dan Self Management.
a. Self-Awareness
1) Emotional self –awareness membaca emosi sendiri dan mengenal dampaknya, dengan menggunakan rasa keberanian menjadi pedoman keputusan.
2) Accurate self- assessment menegtaui kekuatan dan keterbatasan sesorang 
3) Self-compidence  merasakan harga diri dan kapabilitas sesorang 
b. Self- Management 
1) Emotional sef control : menjaga gangguan emosi dan dorongan hati terkendali
2) Transparancy : menunjukkan kejujuran dan intekritas ,sifat layak dapat terpercaya.
3) Adaptabilty: fleksibilitas dalam mengadaptasi situasi perubahan atau mengatasi hambatan
4) Achievement : dorongan memperbaikki kinerja untuk memenuhi inti standar keunggulan.
5) Initiantive : kesiapan untuk bertindak dan menangkap peluang.
6) Optimism: melihat sisi kebaikan dari kejadian.
2. Sosial Competence, menunjukkan kapabilitas menentukan bagaimana mengelola hubungan, dengan dimensi Sosial Awareness dan Relationship Management.
a. Sosial Awareness mencakup masalah : (i) Empaty :meerasakan emosi orang lain ,memahami perspektif mereka dan mempunyai minat aktif dalam kepentingan mereka (ii). Organizational Awareness: membaca arus ,jaringan keputusan,dan politik pada tingkat organisasi. (iii).  Service : Mengenal dan memenuhi kebutuhab pengikut ,klien, atau pelanggan.
b. Relationship Management mencakup masalah (i) Inspirational Leadership: membimbing dan memotivasi dengan memaksakan visi, (ii). Influence: wielding tentang taktik untuk membujuk.(iii) Developing Others :mendukung kemampuan orang lain melalui umpan  balik dan bimbingan, (iv) Change Catalyst: inisiasi ,mengelola, dan memimpin dalam arah baru.(v). Comflict management : Mengatasi ketidak kesepakatan,(vi) Building Bonds: menanamkan dan memelihara jaringan dan Teamwork And Collaboration:kerja sama dengan membangun tim.

J. Aplikasi Emosi dan Moods.

Menurut Robbins (2003: 106), aplikasi masalah emosi dalam organnisasi dapat terlihat dalam kegiatan yang menyangkut (a) Ability And Selection,(B)Decision Making,(C) Motivation,(D)Leadership,(E)Interpersonal Conflict,Dan (F)Deviant Workplance Behavior.sedangkan Rpbbins dan Judge (2011: 149) menujukkan adanya aplikasi dalam : (A)Selection(B)Decision Making,(C)Creativity,(D)Motivation,(E)Leadership(Negotiation,(G) Customer Service,(H) Job Attitude,(I) Deviant Workplace Behavior,(J) Safety And Injury At Work,Dan (K)How Manager Can Influence Moods.

Dengan memerhatikan persamaan dan perbedaan pandangan mereka,masalah aplikasi emosi dan moods tersebut kita bahas satu persatu sebagai berikut.
1. Ability And Selection, kemampuan dan seleksi. Orang yang menegetahui emosi mereka sendiri dan pandai dalam membaca emosi oranfgg lain akan lebih efektif dalam pekerjaan. Ini merupakan inti Emotional Lintelligence, yang menunjukkan campuran keterampilan nonkognitif,kapabilitas dan kompetensi yang memengaruhi kemampuan orang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.   

kecerdasan emosional memainkan peran penting dalam kinerja dan menjadi pertimbangan sebagai faktor dalam seleksi ,terutama dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial tingkat tinggi.
2. Decision Making, pengambilan keputusan. Pilihan keputusan di pengaruhi oleh perasaan seseorang. Orang akan membuat keputusan berbeda ketika marah dan tegang daripada ketika mereka dalam keadaan tenang . Orang menggunakan proses emosi, rasional dan intuisi dalam membuat keputusan. Kegagalan memasukkan emosi kedalam proses keputusan akan mengakibatkan pandangan tentang proses tidak lengkap dan tidak akurat.
3. Motivation, motivation.Persepsi dan kalkulasi tentang situasi diisi dengan kepuasan emosional yang secara signifikan memengaruhi seberapa banyak usaha mereka menekan. Selanjutnya, apabila kita melihat orang sangat termotiivasi dalam pekerjaan, mereka secara emosional komited. Selanjutnya, apabila kitamelihat orang yang sangat termotivasi dalam pekerjaan ,mereka secara emosional komited.
4. Leadership , kepemimpinan. Pemimpin efektif hampir semua menyadarkan pada ekspresi dari perasaan untuk membantu menyampaikan pesan mereka. Kenyataanya , ekspresi emosi dalam pidato sering menjadi elemen penting yang menghasilkan individual menerima atau menolak pesan pemimpin. Ketika pemimpin efektif ingin melakukan perubahan signifikan,mereka mendasarkan pada membangkitkan emosi dan menghubungkan pada visi yang menarik,pemimpin meningkatkan kemunkinan manajer  dan pekerja akan sama-sama menerima perubahan.
5. Interpersonal Conflict, Konflik interpersonal. Keberhasilan manajer dalam berusaha mengatasi konflik,kenyataanya sering untuk sebagian besar terletak pada kemampuannya mengidentifikasi elemen emosional dalam konflik dan mendapatkan pihak yang konflik bekerja melalui emosi mereka. Manajer yang mengabaikan elemen emosional dalam konflik,memfokus semata-mata pada masalah rasional dan fokus pada tugas, tidak munkin menjadi sangat efektif dalam menyelesaikan konflik tersebut.
6. Deviant Workplace Behavior, perilaku tempat kerja menyimpang. Emosi negatif dapat  membawa pada sejumlah Deviant Workplace Behavior,perilaku tempat kerja menyimpang. Setiap orang yang menggunakan banyak waktu dalam organisasi menyadari bahwa orang sering terikat dalam tindakan suka rela yang melanggar norma yang suda ada dan yang menatang organisasi, anggotannya atau keduaanya. Tindakan ini dinamakan employee deviant. Perilaku menyimpang ini dapat atau tidak di langgar dan masuk dalam kategori sebagai produksi,properti,politik,dan agresi pribadi, banyak dari perilaku menyimpang ini dpaat dilacak pada emosi negatif.
7. Creativity, Kreativitas. Orang dalam suasana hati yanfg baik cenderung lebih kreatik daripada orang dalam suasana hati buruk. Mereka menghasilkan banyak gagasan dan lebih banyak pilihan, dan lainnya berfikir gagasan mereka original. Kelihatannya, orang yang  mengalami Moods dan emosi positif lebih fleksibel dan terbuka dalan pemikirannya,yang menjelaskan mengapaa mereka  lebih kreatif. Penyedia harus secara aktif berusaha membuat pekerjaanya bahagia. Karena dengan demikian menciptakan suasana hati lebih baik,yang pada gilirannya mengarahkan orang lebih kreatik.
8. Negotiation, negosiasi. Menujukkan emosi negatif ,seperti kemarahan,dapat efektif ,tetapi merasa buruk tentang kinerja tampak merusak negosiasi yang akan datang. Individu yang melakukan dengan buruk dalam negosiasi mengalami emosi negatif.menumbuhkan persepsi negatif mitranya, dan kurang bersedia berbagi informasi atau kerja sama dalam negosiasi yang akan datang. Yang menarik, sementara  Moods dan emosi mempunyai keuntungan dipekerjaan,dalam negosiasi , emosi dapat merusak kinerja negosiator.
9. Customer Service, pelayanan pelanggan.keadaan emosi pekerja dapat memengarui tingkat bisnis dan kepuasan pelanggan , yang pada gilirannya memengaruhi tingkat bisnis dan kepuasan pelanggan, menyediahkan kualitas pelayanan pelanggan membuat permintaan atas pekerja karena sering menempatkan mereka pada keadaan ketidaksesuaian emosional. Sepanjang waktu, tahapan ini dapat menuju pada kelelahan kerja, penurunan dalam kinerja, dan kepuasan kerja yang lebih rendah.
10. Job Attitudes, sikap kerja. Orang yang mempunyai hari baik di pekerjaan cenderung dalam suasana hati yang lebih baik dirumah,demikian pula sebaliknya. Orang yang menghadapi hari penuh stres juga mengalam kesulitanbersantai setelah selesai bekerja. Demikian pula apabila  kita mempunyai hari yang buruk dipekerjaan., pasangan kita munkin menghadapi sore hari yang tidak menyenangkan.
11. Safety And Injury At Work, keselamtan dan kecelakan kerja.pemimpin harus memperbaikki kesehatan dan keamanan dengan memastikan pekerja tidak terkait dalam aktivitas yang potensial yang berbahaya ketika mereka dalam suasana hati yang buruk. Moods yang buruk dapat menyebabkan kerugian dipekerjaan dalam beberapa cara.individu dalam suasana hati negatif cenderung lebih cemas dan dapat membuat mereka kurang mampu mengatasi bahaya secara efektif. Orang yang selalu takut akan lebih pesimitis tentang efektivitas pencegahan keamanan karena dia merasa mendapat luka atau munkin panik atau membeku ketika dihadapkan dengan situasi menantang . Moods yang negatif juga membuat orang lebih bingung, dan gangguan dapat dengan jelas mengarah pada perilaku tanpa perhatian.
12. How Managers Can Influence Moods, bagaimana manajer dapat memengaruhi suasana hati. Memperbaikki suasana hati seorang kawan biasanya dapat dilakukan dengan berbagai cerita lucu,memberi orang sekantong kecil permen, atau bahkan menawarkan minuman menyegarkan. Ditingkat organisasi , manajer dapat menggunakan humor dan memberi pekerjaanya hadiah kecil sebagai apresiasi atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Apabila pemimpin dalam kondisi suasana hati yang baik, anggota kelomok lebih positif dan berbagai hasilnya mereka lebih bekerja sama. 

1 komentar: